Tuesday, March 10, 2009

Jangan Pernah Mau Berpoligami

HEHEHEHEHEHEHE............
.. (udah gila)
Minggu (22/2) kemarin, kan lagi di manado ceritanya. (Memang kita orang Manado, mar gara-gara pegawai yang teladan dan taat sama kantor, maka ketika saya ditugasin di Kotamobagu, maka saya terima. hehehe padahal memang ngarep buat di tempatin di kotamobagu). Nah, karena berhubung saya tugas di Kotamobagu, pas lagi di Manado, eh big boss (torang pe GM Posko Manado pak Hairil Paputungan) nelpon. Nah secara itu kan karena sebagai pegawai yang sangat teladan (bukan teladan, tapi karena takut sama bos) maka dengan sangat parno dan sangat ketakutan, eng...ing....eng, dengan hati yang sangat berdegup kencang, akhirnya dengan sangat yakin dan penuh percaya diri (pengaruh iklan sangat besar, hihihi) akhirnya saya putuskan malam itu juga saya harus balik ke Kotamobagu walaupun sebenarnya rencana baru hari senin baru balik di Kotamobagu (hiks jadi sedih, soalnya belum puas ke Gramedia).
Nah karena sudah malam, kan kalo mo ke Kotamobagu harus naik mobil penumpang di pangkalan yang namanya sesuai dengan daerah yakni Totabuan. Nah, di pangkalan ini biasanya dijemput sama orang yang biasa dijemput oleh Om Is (sori ya namanya dimasukin om).
Mungkin karena sudah malam, Om is waktu ngejemput ditemenin sama istrinya.
hihihi..... (pengennya ketawa melulu).
Nah, Om is kan biasa ngejemput, jadi seringkali diajak ngobrol, dan dari obrolan inilah bencana itu datang kepada Om Is (Sori lagi om is, sori ya)
Pas lagi cerita-cerita, ada satu momen pas dia nanyain soal PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang dikampungnya.
Memang dasar, walaupun seorang wartawan, tapi wartawan dodol alias bolot alias goblok alias pokoknya yang bego semuanya, pas Om Is bilang kampungnya, dengan sangat sukses dan sangat tidak punya berprikebinatangan dan tidak bermoral serta dengan sangat najisnya, gw langsung nyebutin kampung Poyowa (salah satu kampung di Kotamobagu), karena saya tau anaknya Om Is ada di Poyowa.
Pas nyebutin kata Poyowa, tiba-tiba suasana langsung berubah seram (au...au.....au, ada suara anjing melolong)
Setelah ditelusuri lebih dalam lagi (seperti detektip), Oh My oh My (kok jadi kayak lagu Aqua, hihihi), ternyata yang ada di Poyowa itu istrinya yang lain, bukan istrinya yang tengah ikut di mobil skarang (Gawat, skali lagi maafkanlah, karena aku, cinta berpoligami.Bacanya harus pake nada lagu Ahmad Band, hehehe). Pantesan langsung berubah jadi kayak pilem-pilem horor suasana di mobil.
Maka dari situ sodara-sodara, suasana yang sebelumnya sangat cair dan sangat romantis (lha kok romantis?) langsung berubah menjadi pilem horor campur misteri, karena ternyata Istri Om Is (Maaf lagi om Is) langsung berubah drastis langsung jadi pendiam dan sering cengar-cengir sendiri.
NB" Jangan pernah berpoligami apalagi sampai menceritakan jika engkau telah berpoligami, bisa runyam dengan istrinya yang lain. hehehe

Facebook bikin miskin (hiks....hiks....hiks)

Belakangan yang namanya Facebook jadi sesuatu yang paling banyak dibicarakan di kalangan wartawan yang berlumuran dengan dosa (maaf pengaruh sinetron sangat mendominasi). Setiap bulan, setiap hari setiap jam, setiap menit (kebalik rasanya), penuh dengan kata-kata Facebook.
Oh Facebook, aku mau makan ingat kamu, aku mau belajar ingat kamu, aku mau beol ingat kamu, memang sungguh dahsyat pengaruhmu oh Facebook.
Tak terkecuali dengan wartawan paling imut, paling ganteng dan paling biadab kalo berhubungan dengan makanan ini, juga menjadi sangat terpengaruh dengan yang namanya facebook. Dahsyat memang.
Sebagaimana pepatah dari beberapa orang bijak yang saya lupa namanya (memang tidak tau sebenarnya), ternyata facebook itu sangat berguna untuk nusa dan bangsa MERDEKA!!!!, karena dapat mempersatukan sepasang sejoli yang sudah lama terpisahkan (maaf, sekali lagi saya harus mengatakan hidup Sinetron), maksudnya dapat mempertemukan teman lama.
Memang ternyata facebook sangat bermanfaat terutama jika kita memang ingin mencari tau semua kejadian di seluruh pelosok bumi dan dunia, dengan bertanya kepada sesama rekan kita yang juga menjadi teman dalam facebook.
Namun, ternyata dampak lain dari facebook adalah membuat kita menjadi tergabung dalam grup yang paling sangat tidak keren, najis dan bisa membuat otak kita menjadi rada-rada sedikit miring dan mengarah ke arah gila berat.
Grup tersebut adalah grup Kanker yaitu Kantong Kering, yang merupakan grup yang paling menjijikan, karena sama sekali tidak bisa beli makanan enak sama berbuat yang macam-macam (jangan anggap berbuat macam-macam itu untuk mesum ya).
Ya, selama saya mengenal yang namanya facebook, ternyata penyakit kanker itu menyerang saya secara tiba-tiba, karena dengan pendapatan yang sangat-sangat pas-pasan, uang untuk bayar warnet ternyata seharinya bisa menyamai harga jatah makananku selama 3 hari, padahal jatah makan saya untuk tiga hari itu bisa sampai gila-gilaan banyaknya.
Dan saudara-saudara ternyata bukan cuma saya saja yang menjadi terserang penyakit dan menjadi anggota grup tersebut, semua wartawan yang ada di sekitar saya juga terkena dengan syndrome yang sama, dan justru lebih para dari saya. hahahahahaha (tertawa karena yang menyebarkan virus pertama FB adalah wartawan yang paling ganteng, imut, tampan dan punya selera makan sangat biadab ini).

Tragedi Manusia Balapis (Kue Lapis)

Selasa (25/2) kemarin adalah hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia (salah maksudnya buat Gw), dan menjadi salah satu catatan kelam yang dialami oleh seorang bernama Isa Jusuf yang merupakan wartawan aneh dan tidak kenal malu jika berhubungan dengan yang namanya makanan. hehehe
Begini Ceritanya ( baca dengan gaya presenter KISMIS yang kisah misteri)!!!!

Waktu hujan sore-sore ale datang (kok jadi nyanyi lagi poco-poco?), tepatnya pas sekitar jam 1 memang lagi hujan di Kotamobagu (Sekali lagi saya tegaskan karena saya ada seorang wartawan teladan, maka saya siap ditugaskan di Kotamobagu daerah yang dikenal dengan nama Bentor City), gw diundang datang untuk meliput acara Rapat Koordinasi PDI Perjuangan (Partai banteng moncong putih) di salah satu rumah anggota dewan di Bolmong namanya Jemmy Tjia.
Nah, karena ada ketua PDI Perjuangan Sulut pak Freddy Sualang, maka si empunya tempat (kebetulan di rumahnya) yakni Jemmy Tjia menjamu para undangan dengan makan bersama dan juga menyediakan yang namanya berbagai kue termasuk kue Lapis ato biasa oleh orang Manado disebut BALAPIS!!!!!
Nah Tragedi manusia Balapis bermula dari sini...........
Awalnya gw sama beberapa rekan wartawan lainnya tetap pada agenda bersama, yakni wawancara dengan Ketua PDI Perjuangan soal agenda ke depan menghadapi pemilu mendatang.
Tapi ternyata oh ternyata sodara-sodara, semua wartawan yang datang pada saat itu semuanya terfokus pada satu hal, dimana bukan pada hasil wawancaranya, tetapi pada BALAPIS yang tertata dengan sangat manis di piring dan mengundang hasrat birahi untuk memakan kue yang mempunyai struktur tubuh yang sangat aduhai dan sangat manis untuk dihisap.
Tapi karena semua wartawan adalah wartawan yang tau etika (wuekkkk), BALAPIS yang ada di piring tersebut, sama sekali belum disentuh.
Tapi akhirnya setelah lama menggocek bola dan melewati beberapa pemain akhirnya GOOOOLLL!!!! (Kok jadi kayak komentator Bola ya?) gak ding, maksudnya pas abis sesi wawancara, Ketua PDI Perjuangan diundang makan di dalam rumah.
Dan seperti kata Bang Napi jika Kejahatan itu terjadi karena memang sudah niat, tapi juga ada kesempatan terwujud pada waktu itu.
Tanpa menunggu komando, para wartawan yang tadinya jaim, langsung berubah menjadi beringas bin rakus, karena sudah ada kesempatan, para wartawan termasuk gw yang merupakan wartawan paling rakus diantaranya (hehehe) langsung menyerbu beragam kue dan juga makanan ringan yang ada di meja tersebut.
Dan lagi-lagi karena memang sudah niat dari awal, para wartawan dengan sangat biadabnya langsung saling menyelamatkan diri untuk mengambil BALAPIS yang disediakan, dan memang sama sekali belum tersentuh oleh siapapun.
Berhubung yang pake tas, hanya daku seorang, maka dengan beringas pula, para wartawan seperti Faisal dari Komentar, Gusman dari Tribun Sulut dan Mas Harry dari Tribun Totabuan termasuk yang paling ganteng, paling imut dan paling najis yakni saya sendiri, memasukan hampir sepiring BALAPIS ke dalam tas yang dibawa gw. (maaf ya bu, soalnya bukan ada niat untuk merugikan, tapi memang kami ini adalah si gembala sapi, sori maksudnya memang sebagai pengagum BALAPIS).
Akhir cerita, semua wartawan yang punya muka imut tapi kelakuan binatang buas ini, pulang dari tu rumah karena sudah habis acara yang dilaksanakan.
Sebagai tuan rumah yang baik, tante pemilik rumah kemudian menawarkan kepada kami (tentunya para wartawan Imut kelakuan binatang buas ini), untuk membungkus beberapa BALAPIS.
Dan apa yang terjadi sodara-sodara, Gusman (dasar emang pengikut aliran wartawan imut kelakuan binatang buas ini, awas lo ya!!!) dengan tidak ada rasa bersalah dan menampilkan mimik muka yang tidak berdosa secara lantang memproklamirkan jika, kami sudah mengambil BALAPIS dengan sangat banyak, dan sudah ditaruh di tas sambil nunjuk ke arah GW.
Anjrit mau ditaruh dimana muka gw pas ditunjuk sebagai pembawa BALAPIS dan telah memasukannya ke dalam tas, secara di rumah tersebut banyyak sekali orang, hancur de reputasi saya sebagai seorang wartawan teladan tidak pernah ngompol dan sangat baik hati, terutama jika memanggil teman-teman untuk makan bersama karena ada orang yang akan traktir dengan harapan uang orang yang mau nraktir amblas karena orang yang dipanggil makan adalah pemakan semua, sehingga isi satu rumah makan bisa abis untuk masa 2 hari.
NB" Jangan pernah skalipun mau dititipin bungkusan, karena ketika ada pemeriksaan (sama dengan kasus korupsi jo), yang akan menjadi tersangka adlah orang yang membawanya.